Tuesday 11 November 2014
TAK TAHU DIUNTUNG
Tak mengertikah keikhlasan ini?
Berkorban memejam waktu
Melindungsampingkan lunglai
Tapi apa balasan?
Tak sedikitpun mengubah masam
Bahkan sapa terimapun tidak!
Mungkin itu semua tak menjadi luka
Selagi tak dilebihi dengan cacian
Buta kamu! Tak mau melihat perjuangan
Jangan mengira aku jadi prajurit kemenanganmu tersuap upah
Jangan mengira aku jadi babumu juga tersuap upah
Kamu!
Berucap semau jidat
Memuntah kata terlaknat
Aku!
Dalam geram meraba dada
Dalam geram mencoba jera
Mengertilah, aku hanya memberi dan tak akan meminta
Bahkan mungkin tidak hanya aku tapi kami
Berkorban demi lulusnya ujian kalian
Hargai!
BK: ANI JUMROTUN
21 April 2011
TAK BERBALAS
Kerisauan menjalar di langit-langit kusam
Sampai kapan menunggu?
Sudah waktunya berkata cukup
Penantian diam yang entah kapan berbalas
MAU TAPI MALU
Berlaga datar padahal memuntab
Merasa bahwa menunduk lebih dari harga diri yang muluk
Akhirnya ucapkan tidak dengan maksud menolak
Sadar kian menikam
Merasa bahwa menunduk lebih dari harga diri yang muluk
Akhirnya ucapkan tidak dengan maksud menolak
Sadar kian menikam
Membisu dibelakang
Menyesal, sadar, tak sering untuk kesempatan kedua..
Menyesal, sadar, tak sering untuk kesempatan kedua..
TERI DAN HIU
Maki kotor dari setelan nafas yang menggagukan
Bualan keruh mulut alus yang memilukan
Tiada pantas kuluar dari lisan seorang agamawan
Sangar perangainya, kerdil moralnya
Congkak memerintah bak tuan
Berujar seenak pusar
Menuai keji tapi terhirupnya sekar
Menjilat tapi merasanya menebar
Berendas besar buat insan kecil tepar
Tak mau tahu, perintah dan beres hanya berdampingan
Aku satu, tapi harus dengan enam tangan
Angkuh!
Tiada sudi melihat kejaran waktu sang babu sahaya menggilir
Egois!
Matanya buta melebihi aku yang rabun senja
Bengis!
Tega melakukan budaknya bak kusir yang tak tau jasa kuda
Tuhan.. selamanyakah yang diatas itu berhak segalanya?
Mencaci, memaki, menghina, mencela, bahkan meraja
Sungguh, menguap panaskan otak lekang para manusia kecil tak
punya nyali
Menusuk kerongkongan para hati bak tersedak tanduk besi
Sudah nasib aku mengira
Jelata kecil memang harusnya menerima
Banyak memungut, sedikit memilah
Sedikit memihak, banyak serah
Allah.. engkau pasti lebih mengerti dari apa yang aku
rasakan saat ini
Apakah akan engkau sepadankan balasan yang baik atas diriku?
Ataukau kesadaran darinya untuk senantiasa merasa sama-sama
manusia.
Subscribe to:
Posts (Atom)